Idih, Si 'Muka Bid'ah' Nongol Lagi!!

Saturday, August 27, 2011

Bismillah…

Tadi malam aku melihat status mengerikan dan sekaligus menggelikan dari seorang siswi kelas II SMA yang aku kenal serta beberapa komen yang menyertai status tersebut. Karena kebetulan aku melihatnya melalui akun teman-sangat-dekat-ku maka akupun memberikan komentar melalui akun tersebut. He he. Aku memang mempunyai seorang teman yang akunnya boleh ku ‘acak-acak’ dan ku-SiDak (inspeksi mendadak) sesuai batas yang telah disepakati dalam rangka saling mengingatkan.

Sebenarnya aku juga berfikir tentang pantas ga sih bagiku untuk membahas dan sekaligus menjadikan  status adinda kita, si anak SMA ini sebagai tulisan di blog dan Fbku (tepatnya KAMI) di tengah telah begitu banyaknya penjelasan dari ulama-ulama ahlus sunnah mengenai isi dari statusnya tersebut?? Yah, meski tulisan ini hanyalah tulisan sepele namun aku tetap berharap agar kawan semuanya dapat mengambil manfaat dari tulisan yang sedang kawan baca ini.

Sungguh aku sangat gemetaran dibuatnya ketika membaca status yang dimaksud beserta seluruh komen yang ada sementara bibirku kuusahakan untuk tetap menyunggingkan sebuah senyuman. Yah, ekspresi yang sangat tidak sinkron. Aku gemetaran karena membaca celotehan si anak kelas II SMA ini ketika berbicara mengenai perkara agamanya dengan sangat lancang. Namun, aku tetap tersenyum karena aku mencoba berbaik sangka bahwa ia dan pula teman-temannya yang ikut nimbrung di sana adalah sebagian kecil saja dari remaja-remaja muslim yang masih sangat hijau dan belum tahu apa-apa sementara aneka syubhat telah menggerogoti hati dan fikirannya.

Beginilah status yang sedang kita bicarakan:

Status   : “Hati-hati bagi yang sering ngomong ini-itu bid’ah! Jangan lupa, nanti muka juga jadi bid’ah!”

Kemudian ada beberapa temannya, yang menurutku mungkin adalah teman dari si yang punya status dan masih kelas II SMA pula tentunya bertanya, “Emang Bid’ah itu apa sih?”

Dibalas oleh yang punya status, “Bid'ah itu, singkatnya adalah segala sesuatu yang gak ada/belum ada di jamannya Rasulullah. Contoh nih, kaya hp dan sepeda. Nah, muka kita juga sebenarnya bid'ah (bahasa kasarnya). Hehehehe”

Selanjutnya ada yang semakin penasaran, “Berarti gua gak melakukan bid’ah dong, kan gua gak punya sepeda sama hape! Ha ha ha. Eh, gua gak ngerti pas bagian muka. Ha ha. Maap lola, maksudnya apa ya? “

Yang punya status semakin lancang dan menampakkan kepolosan serta ketidakmengertiannya tentang perkara yang sedang ia bicarakan, “Tapi lu gunain fasilitas yang ga ada di jaman Rasulullah/para nabi! Contoh: Sikat gigi. Nah, Nabi kan gak pake sikat gigi  tapi pakenya siwak dan itu intinya sama kan karena gunanya sama? Hehehe. Trus kalau muka, bahasanya tuh muka kaya lu ada atau gak di jaman Rasul? Kalo ada ya gak disebut bid'ah. Nah kalo ga ada baru disebut bid'ah. Kenapa disebut bidah ? Yaa orang lu kagak hidup di jaman Rasul (sekali lagi contoh kecilnya kawan).

Diskusi bergulir dengan sangat hangat karena si yang punya status serta semua komentatornyapun sepertinya sangat asyik berkelakar karena ada yang sikat gigi pakai sabut kelapa! Sungguh mereka masih teramat sangat polos dan tidak mengerti apa-apa sehingga mereka tidak sadar kalau mereka tengah mengolok-olokkan agamanya sendiri. Mereka tengah menertawakan hadist Rasulullah mengenai perkara yang sangat besar ini, yaitu perkara yang berhubungan dengan dosa dan neraka karena bukankah yang memperingatkan umat dari bid’ah adalah lisan Rasulullah sendiri?? Yah, tentu saja makna hadist tentang bid’ah yang mereka ketahui telah ‘dimodifikasi’ oleh ahlul bid’ah yang memang kreatif lagi inovatif itu.

Sebelum kulanjutkan, akupun pada saat itu mendapat ‘pengetahuan’ baru dan faham kenapa dulu ketika aku melihat fesbuk seorang teman yang disana ia sering up date status tentang bid’ah serta pula mempublish dan meneruskan catatan mengenai hal yang sama selalu ada komentar dari seorang perempuan, “Idih, si muka bid’ah nongol lagi! Ngapain lo di sini?” serta komen-komen sejenisnya yang sangat membuatku begitu mengasihani si perempuan itu karena begitu ngelindurnya ia dalam perkara agamanya sendiri.

Kala itu aku tidak mengerti maksud “si muka bid’ah” yang dikatakan oleh si perempuan yang berkomentar. Dan, jreeeeng… ternyata maksudnya itu tho. Ckckck, aku juga lola rupanya. Akupun penasaran pada si perempuan dan kutelusuri info profilnya. Aduhai, kulihat dari foto-foto yang di up loadnya tampaklah ia juga seorang perempuan yang berjilbab cukup lebar dan aktif ‘mengaji’ dalam jama’ah da’wahnya. Sungguh kasihan orang-orang yang salah dalam mengambil ilmu kepada para ulama suu’, yaitu ulama-ulama yang memberi fatwa atas dasar nafsu dan ketegelinciran akalnya semata. Ingatlah nasehat Muhammad bin Sirin rahimahullah yang dinukil oleh Imam Muslim rahimahullah dalam mukadimah shahihnya, “Sesungguhnya ilmu ini adalah agama. Maka perhatikanlah dari siapa kalian mengambil agama kalian.” Semoga Allah merahmati orang-orang yang mengetahui kadar dirinya.

Oke, sekarang kembali ke topik pembicaraan. Ketika selesai membacai  status dan semua komen di bawah status ‘saling mengingatkan’ itu akupun dengan tangan yang gemetar ikut menimbrungkan komenku. Awalnya aku ingin mengabaikannya saja tapi sebagian hatiku bilang agar aku memberi komen pendek di sana karena kasihan sekali aku pada siswi SMA yang aku kenal ini. Apapun tanggapannya, mau langsung dihapus juga terserah dialah karena aku hanya mencoba menyampaikan sebatas ilmu yang kumiliki. Ilmu yang tidak sampai seujung kuku sehingga selalu ada rasa takut di hatiku kalau aku salah-salah kata dalam menyampaikan. Namun, ustadz pengasuh ta’limku pernah bernasihat,

Jangan tunggu ilmu antum cukup dulu baru antum mau menyampaikan apa-apa yang sebenarnya telah bisa antum sampaikan karena ukuran cukup itu entah sampai kapan akan antum raih. Tetaplah menyampaikan sebatas ilmu yang antum miliki dan jika mentok jangan pula antum paksa-paksakan lisan antum sehingga antumpun salah dalam menyampaikan syari’at islam yang mulia ini. Lakukan semampu antum dan katakan ‘saya tidak tahu’ jika memang antum tidak tahu. Kemudian,  jika  antum tidak bisa menyampaikan secara lisan maka berikanlah ia buku, siapa tahu Allah menggerakkan hatinya untuk membacai apa-apa yang ada di dalam buku tersebut.

Ingatlah, menyampaikan bukan berarti antum harus menjadi ustadz dulu sehingga antum bisa berceramah di atas mimbar. Sampaikan sesuai porsi dan kesanggupan antum sebagai seorang penuntut ilmu dengan cara hikmah dan lemah lembut karena tidaklah para salafush shalih itu berda’wah melainkan dengan cara hikmah dan lemah lembut. Seorang da’i hanya bertugas menyampaikan sementara ia tidak berhak memvonis dan memberi hukuman!

Selanjutnya do’akanlah saudara-saudara antum agar mereka pula diberi hidayah oleh Allah untuk menempuh manhaj yang haq ini. Selain contoh dan nasihat dari seseorang maka kita juga butuh do’a dari orang-orang yang mencintai kita karenaNya.

Mengingat nasihat itu maka aku mulai mengetikkan komen pendekku. Yah, komen yang teramat sangat pendek untuk sebuah bahasan yang berhubungan dengan surga dan neraka ini,

“Subhanallah. Wahai kawan semuanya, marilah kita berlindung kepada Allah yang Maha Suci dari segala kejelekan dan kehinaan diri-diri kita, dari kejelekan lisan dan pransangka kita. Maafkan saya karena ikut nimbrung pada percakapan yang sangat membuat tangan saya gemetaran ketika menuliskan komen ini. Ketahuilah, bid’ah dinamakan oleh Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai muhdast, yakni “Sesuatu yang baru di dalam agama yang tidak pernah disyari’atkan oleh Allah dan RasulNya.” Atau, “Suatu cara yang diada-adakan/dibuat-buat oleh orang di dalam agama Islam yang menyerupai syari’at untuk tujuan ibadah kepada Allah.” (Al ‘Iqtidha’ hal. 276 oleh Syaikhul Islam Ibmu Taimiyyah, Al I’tizham Juz I, Hal. 38-45 oleh Imam Asy Syathibi).

Kalian adalah orang-orang yang terpelajar, insya Allah sehingga mudah-mudahan dari penjelasan singkat tersebut dan tanpa tambahan apapun kalian telah bisa menafsirkan apakah hp yg kalian pakai, sikat gigi yg kalian sikatkan kepada gigi-gigi kalian serta wajah-wajah yang Allah berikan kepada diri-diri kalian apakah bid'ah atau bukan?? Ingatlah nasihat para ulama terdahulu bahwasanya ilmu itu adalah sebelum kalian berkata dan beramal. Dan ingat pulalah kalian akan ancaman Rasulullah kepada orang-orang yang berani berkata macam-macam tentang perkara agama tanpa ilmu. Peliharalah lisan dan pena kalian dari ucapan dan tulisan yang secara tidak sadar telah mendatangkan dosa bagi diri-diri kalian sendiri.

Supaya lebih jelas saya beri sebuah contoh kecilnya, jika Allah telah memerintahkan manusia untuk mendirikan sholat dan Rasulullah pula telah mengajarkan dan mencontohkan tata cara sholat itu misalnya shalat shubuh dua raka’at, dzuhur empat raka’at dan seterusnya sampai isya secara lengkap dan terperinci. Namun, tiba-tiba ada orang yang jahil lagi sok tahu dalam agama dengan pongah berkata sholat shubuh itu tiga raka'at atau satu raka'at saja plus bisa memakai bahasa Indonesia dan bahasa daerah saja maka hal ini barulah dikatakan bid'ah. Dan perlu kalian ingat, membid'ahkan sesuatu itu harus berdasarkan dalil yang jelas dari al quran dan sunnah bukan berdasarkan logika orang-orang yang pongah dan sok tahu tadi. Kemudian, penetapan dalil dalam mem-bid'ah-kan sesuatu itupun adalah haknya para ulama yang 'alim (berilmu) bukan hak sembarang orang. Tidak semua orang diperbolehkan mengeluarkan fatwa dan menvonis ini dan itu adalah bid'ah karena bid'ah adalah perkara yang besar dalam agama islam yang mulia, bukan masalah sepele seperti yang kalian sangkakan. Oleh sebab itu, marilah kita mempelajari dien ini dengan sungguh-sungguh sesuai dengan pemahaman yang benar, bukan dengan taklid buta (membeo) kepada orang-orang yang sebenarnya juga tidak mengerti islam. Wallahu a'lam. Semoga Allah memberkahi umur-umur kita dan semoga Allah pula menambahkan ilmu-ilmu yg bermanfaat kepada kita. Aamiin. Baarakallaahu fiikum.”

***

Nah, kawan sekalian pembahasan tentang bid’ah ini sangatlah panjang dan butuh ilmu untuk menyampaikannya sementara aku sangat khawatir jika aku memaksa-maksakan jariku untuk menulisi sesuatu yang aku tidak cukup ilmu atasnya, sehingga karena  kesalahan dan kecerobohanku orang-orang malah semakin apriori dengan manhaj salaf yang mulia ini. Oleh sebab itu, jika kalian benar-benar ingin 'mengetahui' lebih dalam tentang bid’ah, membid’ahkan dan ‘muka bid’ah’ ini sebaiknya kalian baca dan fahami penjelasan para ulama mengenai perkara yang dimaksud dengan meng-klik beberapa link  berikut:

dan lain-lain

Semoga tidak ada lagi salah kaprah tentang bid’ah dan komentar, “muka bid’ah” dari lisan-lisan yang kurang atau tidak terjaga. Semoga tidak ada lagi orang-orang zaman sekarang yang mempunyai pola fikir primitif karena menganggap komputer, TV, internet, pesawat terbang, sikat gigi, sendok, garpu dan lain-lain sebagai bid’ah karena pada zaman primitif memang semua benda itu tidak/belum ada, bukan?

Selamat menjadi manusia-manusia modern!

***

25 Ramadhan 1432H
25 Agustus 2011M

Bumi Allah,
Goresan Kami

***

No Komen, he he he

1 komentar:

ummu fahimah,  September 29, 2011 at 4:42 PM  

MasyaAllah... Barakallahufiik.. 2 thumbs 2U... d^0^b

Post a Comment

Silahkan tuliskan komentar Anda dengan tetap menjaga sopan santun berbahasa..

With Love ^^

  © Blogger template The Professional Template II by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP