Ukhty, Mari Kita Mengaji Dan Mari Kita Merunduk Padi (Serial Surat Untuk Para Ukhty Dan Atau Para Akhiy)
Tuesday, September 13, 2011
Bismillah…
Kamarku nan syahdu,
08 September 2011
21.01 WIB
Untuk semua saudariku yang selalu kucinta dan kusayang karena allah, insya Allah
Semoga engkau senantiasa dalam penjagaan dan perlindunganNya.
Assalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Ukhty,   adakah dirimu baik-baik saja hari ini? Lalu, bagaimana pula dengan   hatimu, apakah dia juga masih dalam keadaan baik pada saat ini? Semoga   begitu ya ukhty, semoga hatimu masih hati yang sama dengan hati yang kau   punya ketika bayi dahulu, yaitu hati yang masih pada fitrah islamnya,   insya Allah. Aamiin.
Ukhty,  pertama mohon maafkan aku  karena baru sekarang aku bisa menulisi surat  ini untukmu sebab  akhir-akhir ini waktuku agak sempit, aku tengah  disibukkan oleh  beberapa urusan tentang diriku dan keluargaku. Semoga  engkau maklum ya  ukhty, dan semoga pula engkau senantiasa do’akan aku  agar segala  urusanku dimudahkan oleh Allah Ta’ala.
O  iyya ukhty,  sebelum aku mengetikkan kalimat demi kalimat yang mungkin  agak panjang  pada suratku ini harap engkau tahu bahwasanya aku juga  masih seperti  halnya dirimu yang tengah tertatih-tatih dan jatuh bangun  dalam  memperbaiki diriku agar bisa menjadi lebih baik dari waktu ke  waktu,  insya Allah.
Selanjutnya  yakinlah engkau ukhty  bahwasanya aku adalah salah satu saudarimu yang  sangat menginginkan  kebaikan untukmu sebagaimana aku menginginkan  kebaikan untuk diriku  sendiri karena aku pernah merasakan betapa hinanya  diri ketika  berkecimpung dalam keburukan demi keburukan. Aku sangat  menginginkan  agar engkau disibukkan oleh keta’atan kepada Allah karena  aku pernah  merasakan betapa lalainya hati ketika disibukkan oleh aneka   pembangkangan dan kemaksiatan kepadaNya. Aku ingin engkau mendapatkan   hidayah dan petunjuk dari Allah karena aku pernah merasakan betapa   gelapnya jalan dalam ketelantaran dan ketersesatan. Aku ingin engkau   dimasukkan kedalam golongan orang-orang yang berilmu karena aku pernah   merasakan betapa sesaknya dada ketika sedang berada dalam kungkungan   kebodohan. Kemudian, aku pula ingin agar engkau bisa menapaki manhaj   salaf yang mulia dan dapat tegar diatasnya karena aku pernah merasakan   betapa aku kesusahan ketika belum dipertemukan Allah dengannya.
Ukhty,   percayalah kepadaku bahwa selain aku juga ada begitu banyak   saudari-saudari kita lainnya yang menginginkan hal yang sama untukmu   seperti segala inginku yang telah kusebutkan di atas itu.   Saudari-saudari kita tersebut selalu menyebutkan nama kita sebagai kaum   muslimin seluruhnya dalam do’a-do’a mereka, agar diampuni  dosa-dosa  kita, agar dimudahkan urusan kita, dan agar mereka dipertemukan  dengan  kita di surgaNya, insya Allah. Dalam do’a-do’a lirih mereka ada  nama  kita ya ukhtiy, mereka diam-diam merengek dan merayu kepada Allah  agar  Allah berkenan memberi kita taufiq dan hidayahNya sehingga kita  bisa  bergabung dengan mereka untuk menetapi dien Islam yang telah  sempurna  ini, untuk menapaki manhaj salaf yang haq ini, insya Allah.
Begitulah   ukhty, aku bisa berkata demikian karena ketika diasrama dahulu salah   seorang temanku pernah mendengarkan seorang saudariku tengah berdo’a   kepada Allah setelah selesai dari shalat malamnya, ia dengan berderai   air mata menyebutkan namaku dan nama teman-temanku yang lainnya satu   persatu agar kami senantiasa dilindungi dan diberi kemudahan dalam   setiap urusan kami oleh Allah Ta’ala. Dia berdo’a untukku dan   teman-temanku itu disaat kami tengah tertidur lelap dan sedang dibuai   mimpi, yang kala itu atas kehendak Allah teman kami yang mendengarkan   do’anya tersebut terbangun karena dia hendak ke kamar mandi sehingga   secara tidak sengaja dia lewat di depan kamarnya dan mendengar do’a-do’a   lirihnya itu, insya Allah.
Aduhai  ukhty, sekiranya  engkau tahu betapa indahnya hari-hari yang aku dan  teman-temanku lalui  dalam setiap suka dan duka kami, dalam setiap burai  gelak dan derai air  mata kami maka tentulah engkau akan mengiri hati  kepada kami.
Akan   tetapi ketahuilah olehmu ukhtiy bahwa kedalaman cinta yang tercipta   diantara kami semata-mata adalah karena hanya Allah saja yang cintakan   kami antara satu dan lainnya dalam DienNya yang mulia ini, tidak karena   suatu tendensi murahan apapun jua, dan tidak pula karena tujuan   remeh-temeh apapun jua seperti segolongan saudara-saudara muslim kita   yang tengah  terjebak oleh bujuk rayu kelompok-kelompok mereka sedang   mereka insya Allah pada dasarnya pula merupakan orang-orang yang   menginginkan kebaikan untuk diri dan agama mereka, namun mereka  tidak   sadar kalau jalan yang sedang  mereka tempuh dan mereka perjuangkan   adalah jalan yang telah menyelisihi apa-apa yang pernah dicontohkan oleh   Rasulullah dan para shahabatnya.
Ukhty,  tidakkah  engkau mau bergabung bersama kami? Tidakkah engkau ingin  merasakan  cinta seperti cinta yang kami rasakan ini? Ayolah ukhtiy,  bergegaslah  engkau kesini maka insya Allah akan aku kenalkan engkau  kepada  saudari-saudari kita lainnya.
Ukhty,  janganlah  sesekali engkau merasa disia-siakan oleh Allah, jangan pula  sesekali  engkau berkeluh kesah dalam setiap urusanmu seolah-olah engkau  hanyalah  satu-satunya manusia di muka bumiNya ini yang diuji dengan  ujian yang  serupa. Ya ukhty, jangan engkau hilangkan sifat kesyukuran  dalam hatimu  karena rasa syukur itu adalah harta yang telah  hilang dari  hati  sebagian saudara-saudara muslim kita saat ini.
Ya   ukhtiy, ketahuilah bahwa segala sesak yang sekarang  engkau rasakan   adalah semata-mata karena engkau tengah lalai dari Rabbmu, karena engkau   sedang jauh dari Rabbmu. Oleh sebab itu mulailah engkau bangkit dari   kelalaianmu itu ya ukhty, mulailah engkau mendekat kepada Allah Ta’ala   dengan segala ibadah dan keta’atanmu, dan satu-satunya cara agar engkau   dapat mendekat kepada Allah, agar engkau dapat beribadah dengan ibadah   yang benar dan dibenaran olehNya hanyalah semata-mata dengan engkau   mempelajari syari’at ini dengan pemahaman yang benar pula, insya Allah.
Lalu,   bagaimanakah gerangan engkau bisa mempelajari syari’at yang mulia ini   jika engkau tidak datang ke majlis-majlis ilmu ya ukhty, jika engkau   tidak membaca kitab-kitab para ulama yang menjelaskan tentang segala   ilmu itu ya ukhty?
Mari  kita belajar ya ukhty, mari  kita menuntut ilmu, mari kita sedikit demi  sedikit mulai merasakan  betapa nikmatnya keta’atan kepada Allah dan  indahnya hidup di atas  sunnah atas dasar ilmu. Mari kita hadiri  taman-taman surga yang  didalamnya dijelaskan ilmu oleh ulama-ulama atau  ustadz-ustadz ahlus  sunnah ya ukhty.
Ukhty,  mari kita mulai berbenah diri  dan memperbaiki niat dihati. Mari kita  mengaji dengan niat hanya karena  Allah, hanya untuk bisa lebih  mendekatkan diri kepada Allah, agar ilmu  yang kelak kita peroleh adalah  ilmu yang bermanfa’at, ilmu yang akan  mengantarkan kita ke dalam  surgaNya nan mempesona, dan ilmu yang akan  membuat kita dapat menatap  wajahNya yang Maha Indah pada hari yang  telah dijanjikanNya.
Sekali  lagi, mari kita mengaji ya  ukhty, dan sesekali aku tidak akan pernah  merasa bosan untuk  mengajakmu mengaji melalui lisan dan tulisanku ini  karena hanya dengan  mengaji sajalah kedua harta warisan dari Rasulullah  itu dapat kita  peroleh dengan bagian yang sesuai dengan usaha kita  masing-masing  ketika kita berpayah-payah untuk menyingkap rahasia  dibalik keduanya.
Mari   kita mengaji ya ukhty agar orang-orang hina seperti kita dapat pula   memperoleh bagian dari kedua warisan itu,  mari kita mengaji di   tempat-tempat mengaji yang menyampaikan kebenaran sesuai dengan yang   diinginkan oleh yang memberi warisan, Allah Ta’ala dan oleh yang   menyampaikan warisan itu, Rasulullah sehingga kita tidak salah dalam   mengamalkannya, insya Allah.
Lihatlah  olehmu ukhty,  betapa banyak saudara-saudara muslim kita yang  berkoar-koar kalau  dakwah yang mereka sampaikan di tempat-tempat mengaji  mereka adalah  pula berdasarkan kepada kedua warisan tersebut, yaitu Al  Quran dan  Sunnah Rasulullah Nabi kita yang mulia akan tetapi mereka  selewengkan  maknanya sesuai dengan kepentingan mereka masing-masing,  mereka  akal-akali keduanya dengan ‘akal mereka yang lemah, atau bahkan  dengan  ‘akal mereka yang telah hampir mendekati gila agar seiring  sejalan  dengan kegilaan mereka pula nantinya.
Mari  kita  mengaji ya ukhty agar kita bisa menyesuaikan sifat shalat, puasa,  zakat  dan lain-lain amal kita dengan sifat ‘amal Rasulullah. Mari kita   mengaji ya ukhty agar kita sadar bahwa agama kita yang mulia adalah   agama yang telah sempurna, tidak perlu ditambah apalagi dikurangi karena   tidaklah luput dari penjelasan Nabi kita tentang apa-apa yang akan   memasukkan kita ke dalam surgaNya dan apa-apa yang akan mencampakkan   kita ke jurang nerakaNya.
Mari  kita mengaji ya ukhty  agar kita bisa menjadi manusia yang paripurna,  manusia yang  menyempurnakan ikhtiarnya untuk mendapatkan kesanangan di  dunia  terlebih kesenangan di akhirat kita nantinya. Aduhai ukhty, hanya   dengan mengaji kita bisa menikmati indahnya perjuangan dalam melawan   kemaksiatan serta lezatnya bayaran dalam menetapai kesabaran dan   keta’atan di jalanNya.
Oo,  sepertinya engkau perlu  mencatat poin berikut ini ya ukhty karena poin  inilah yang sering  dilalaikan oleh orang-orang yang futur (melemah  setelah tadinya kuat)  dalam usaha untuk mengajinya atau pula oleh  orang-orang yang sombong  karena usaha mengajinya itu seolah hanya dialah  saja yang telah mengaji  dan mempunyai cukup ilmu sementara yang lainnya  tidak pernah mengaji  dan tidak mempunyai ilmu sama sekali.
Ukhty,  sejatinya  dengan mengaji kita tengah berusaha untuk menjadi manusia  yang  sebenarnya, yaitu manusia yang menjadi tempatnya salah dan lupa,   manusia yang rentan akan godaan dan tergoda, manusia yang mencoba   menghindar dari sebab-sebab datangnya godaan tersebut dan berusaha   sekuat tenaga untuk keluar dan menjauh dari godaan yang dimaksud apabila   memang ia sempat tertipu olehnya.
Ya  ukhty, sesekali  tidaklah kita menanggalkan baju dan tabi’at kemanusiaan  kita sehingga  dengannya kita bisa menjadi malaikat yang terbebas dari  semua maksiat  dan dosa hanya karena kita telah mengaji. Justru dengan  mengaji itulah  ujian yang akan Allah ujikan kepada kita akan semakin  berat lagi karena  bukankah ketika Allah hendak meluluskan dan  menaik-tingkatkan kita  adalah dengan memberikan kita ujian demi ujian,  dimana semakin kuat  tingkat keimanan kita maka akan semakin bertambah  pula tingkat  kesulitan ujian yang diberikanNya?
Coba engkau fahami dan renungkan ya ukhty Al Quran surah Al Ankabut : 1-7, dimana pada ayat ke dua Allah berfirman,
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?”
Ukhty,   Salah dan khilaf serta godaan dan tergoda itu tetap akan ada ya ukhty,   baik ketika kita masih menjadi manusia yang bejat ataupun ketika kita   tengah berpayah menjadi manusia nan ta’at maka ia tetap akan  menghampiri  kita karena memang itulah sunnatullahnya, memang itulah  ‘akad antara  iblis dengan Rabb kita sejak mulanya kita dicipta,  tepatnya ‘akad bahwa  ia akan selalu menggodai kita dari segala arah dan  penjuru sehingga  kitapun dapat menemani mereka di kerak-kerak neraka  pada akhirnya.
Oleh  sebab itu ya ukhty, jika nantinya  Allah menggerakkan hatimu untuk  menyambut ajakanku, yaitu ajakan untuk  mengaji ini maka janganlah  sesekali engkau merasa angkuh dan meremehkan  orang lain yang belum  mengaji sepertimu. Jangan pula engkau langsung  mencap jelek saudaramu  yang telah mendahuluimu dalam mengaji hanya  karena kau dapati ada  ketidakberesan dalam diri-diri saudaramu itu sebab disinilah letak  saling menasihati dalam keta’atan dan dalam  kesabaran itu ya ukhty.
Jika  memang kau dapati ada  diantara saudaramu melakukan kesalahan maka  ingatkanlah ia dengan  peringatan Allah dan RasulNya dengan cara yang  baik, jikapun engkau  harus mengancamnya maka ancamlah ia dengan ancaman  Allah dan rasulNya  juga dengan cara yang baik, bukan dengan membeberkan  ‘aib mereka kepada  teman-teman kita yang lain, bukan pula dengan  menvonis mereka sebagai  manusia yang munafik dan sebagainya.
Kemudian  ya  ukhty, jikalah engkau pula telah ditunjuki jalan oleh Allah tentang   tempat mengaji mana yang akan engkau datangi nantinya, yaitu tempat   mengaji yang di dalamnya dijelaskan Al Quran dan sunnah Rasulullah   dengan pemahaman para pendahulu kita yang shalih, maka selalulah engkau   bersederhana dalam hidup dan kehidupanmu, bersahaja dalam amal dan   perbuatanmu, jangan engkau meremehkan suatu perkara karena ia hanya akan   menghancurkanmu, dan jangan pula engkau berlebih-lebihan dalam   mengamalkan suatu perkara tersebut karena ia hanya akan mecelakakanmu.
Senantiasalah   engkau menjaga adab dan kesopananmu, jangan engkau umbar dirimu, dan   jangan pula engkau berkoar-koar tanpa ilmu. Selalulah engkau merunduk   padi ya ukhty, yang semakin ia berisi maka akan semakin ia merebah   menyapa bumi, tidak berpongah dan tidak pula membusung dada seolah   hendak menantang langit yang tinggi.
Sekiranya   beberapa poin yang telah kusebutkan di atas telah masuk kedalam catatan   pentingmu ya ukhty, insya Allah Dia akan memudahkan dirimu dalam   memahami ilmu Islam yang mulia, ia akan menjadikan dirimu bijaksana   dalam menyikapi dunia dan segala ujiannya karena sesekali tidaklah akan   memental ilmu dari telingamu seperti mementalnya bola bekel yang kau   lemparkan ke dinding rumahmu jika tidak karena sifat sombong ini ya   ukhty, jika tidak karena sifat angkuh lagi membusung dada dan merasa   diri bersih dari cela ini ya ukhty.
Sekali  lagi,  kembali kuajak engkau untuk mengaji ya ukhty. Mari kita mengaji  ya  ukhty sehingga dengan begitu akan kita peroleh ilmu yang bermanfaat  dan  akan kita pagari diri dan segala amal kita dengannya.
Mari   kita mengaji ya ukhty agar kita bisa merasakan kedalaman cinta  diantara  kita karena Allah semata yang dengannya semoga Allah  bersedia  menaungi kita pada hari yang tiada naungan selain naunganNya.  Aamiin.
Selanjutnya  kutunggu engkau di tempat mengaji  kita, di taman-taman surga yang dapat  melepaskan segala dahaga, di atas  manhaj salaf yang mulia, insya Allah.
Assalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh.
Aku,
Salah seorang saudarimu yang senantiasa menginginkan kebaikan untukmu, insya Allah
Assalamu’alaykum wa rahmatullahi wa barakatuh.
***
08 September 2011
Bumi Allah,
Goresan Kami
***
Semoga   semua kepayahan dalam menjalani setiap ujian, semua keletihan dalam   memikul beratnya beban, serta semua perjuangan dalam menetapi indahnya   kesabaran dan keta’atan dapat menjadikan kita sebagai manusia yang   paripurna pada akhirnya, manusia yang akan dibalasi surga pada   kesudahannya, insya Allah. Aamiin.




0 komentar:
Post a Comment