Keluhan Perempuan Yang Tak Cantik Dan Tak Pula Bening

Saturday, September 17, 2011

Bismillah…

Otakku rasanya agak berdenyut karena dalam sehari ini aku telah menyelesaikan dua tulisan yang lumayan serius  menurutku, sehingga menguras cukup banyak energiku dalam merangkaikannya. Sekarang aku ingin sedikit  refresing, dengan masih saja menulis, akan tetapi kali ini yang hendak aku tuliskan untuk kawan semuanya adalah sebuah kisah lucu nan menggelitik, setidaknya lucu dalam versikulah. Semoga menghibur dan tetap bisa mengambil ibrah, insya Allah. Aamiin.

Begini, kemarin petang aku chatting dengan seorang teman akhowatku yang suka ngakak kayak ringkik kuda kepeleset atau kayak tikus kejepit lemari. Cobalah kawan bayangkan, bagaimana gerangan bunyi ringkik kuda yang normal-normal saja, telah aduhai bukan? Nah, ini ditambah lagi dengan ringkik kuda yang lagi kepeleset, tak tahulah aku entah akan seperti apa bunyinya. Jika kawan tahu seperti apa ia kiranya ketika terdengar ditelinga, maka up-load lah di you tube agar aku dan kawan lainnya jua bisa ikut mendengar.

Biasalah,  jika  akhowat  telah ketemu akhowat, sebagaimana  ikhwan telah ketemu ikhwan, maka salah satu topik bahasan yang cukup menarik adalah tentang sebuah perkara sakral nan menjadi angan bagi semua manusia normal, yaitu pernikahan (yang masih lajang ngaku aja deh!). Bagaimana tidak akan menjadi angan ketika terjaga dan menjadi mimpi ketika tertidur, jika pernikahan tersebut adalah penyempurna separuh agama, kawan? Gawatlah lagi bagi kami-kami yang masih cetek ilmunya dan masih dangkal pula pengalamannya ini, bagaimanakah pernikahan tidak akan menjadi angan bagi kami, separuh agama lho, sekali lagi separuh agama, sementara sekarang seperempat agama saja mungkin kami belum punya. Wallohu a’lam.

Hahay, rumitlah semua perkara jika seorang perempuan telah ‘terlambat’ menikah, kawan! Setiap kali membaca catatan-catatan teman di fb maka topiknya adalah tentang nikah, menikah dan pernikahan, entah kebetulan atau tidak. Atau setiap kali mendengarkan kabar dari teman-teman seperjuangan maka telah berbondong-bondong  pula mereka ke kantor KUA, bahkan telah beranak pinak pula mereka rupanya. Sementara orangtua telah mencerewet dan menagih setiap hari nan siang tentang entah kapan menantunya  akan datang. Aduhai, sekali lagi, pokoknya rumitlah sudah.

Begitu pulalah kira-kira pembicaraanku dengan si akhowat gokil ini, telisik punya telisik ternyata dia agak melemah mental untuk ‘melirik’ salah seorang ikhwan shalih diantara sekian banyak ikhwan shalih di perkampungannya nan indah itu, tempat berbulan madu bagi para pengantin baru euy, baik bagi pengantin yang baru ‘nikah’ maupun bagi pengantin yang baru ‘kawin’.

Selanjutnya, beginilah kira-kira penyebab melemahnya mental si akhowat itu, yang  aku  copykan saja dari chat box-ku:

Mba, di sini kan alhamdulillah sudah banyak orang-orang yang bermanhaj salaf,  dari yang tua sampai yang bau kencur alhamdulillah telah hilir mudik di kampungku, tapi untuk ikhwannya  mereka lebih memilih menikahi akhowat yang malah biasa-biasa  saja, namun cantik!! Berpakaian seksi pula!!  Akan tetapi, setelah menikah dengan mereka, akhowat- akhowat  itu pada jadi tuyul-tuyul berjilbab kayak kita,  bahkan ada yang sampe bercadar. Ilmu agama mereka menjadi bagus, tutur kata mereka pula menjadi bagus, rajin membaca dan bacaannya adalah kitab-kitab  tebal seperti Al Wajiz, padahal  dulunya akhowat-akhowat yang aku kenal ini lumayan parah, keluar saja pake celana di atas dengkul dan baju pendek yang ketat plus tipis. Mereka berpacaran, malah pernah kulihat mereka berboncengan sama laki-laki non mahram. Tapi tetap saja, kelebihan akhowat- akhowat  ini adalah mereka CANTIK DAN BENING!! Aku jadi ill feel duluan setiap kali melihat ikhwan disini, beneran deh.”

Kemudian lanjutnya, “Tapi memang terbukti, akhowat-akhowatnya yah, yang dulu mungkin gak sholat, malah dia sekarang yang memberitahuku tentang bagaimana cara berwudhu yang benar sesuai dengan yang pernah dia baca. Misalnya berwudhu dalam kitab fiqih airnya sebaiknya ditampung pake satu tangan, jangan dua tangan supaya tidak banyak air yang dihabiskan, beserta dalil-dalilnya. Bagaimana ini, Mba? Aku jadi merasa gimana gitu. AKU TIDAK CANTIK DAN TIDAK PULA BENING”

Hahay, sejenak aku pelototin saja baris demi baris kalimat yang ia curahkan kepadaku.  Cukup ternganga aku karenanya mengingat jarang-jarang  sekali dia curhat untuk masalah-masalah seperti ini. Akan tetapi  kecemburuan seperti ini sunnatullah menurutku. Ngaku aja deh, perempuan mana sih, baik yang udah ngaji maupun yang belum ngaji (kecuali perempuan-perempuan dengan kadar keimanan tingkat tinggi kali yah,  tidak seperti kami-kami  ini) yang pernah tidak komplein tentang hidungnyalah yang mancung ke dalam, matanyalah yang kayak biji jengkol, bibirnyalah yang tidak sensual, ininyalah yang tidak begini,  itunyalah yang tidak begitu dan ini/itu lainnya yang kadang tidak berkesudahan? Minimal komplein-komplein seperti ini pernah secara sadar atau tidak sadar kita alami ketika di awal- awal masa puber kita dahulu. Wallhu a’lam.

Jujur sajalah kawan,  bagi kita-kita  perempuan yang tidak dikaruniai Allah dengan muka nan cantik lagi bening kayak mereka-mereka itu pasti ada ngerasa gimana gitu? Takut  kalah saing hanya karena masalah fisik, padahal agama kita kan oke. Padahal perasaan dan fikiran-fikiran seperti ini pada dasarnya hanyalah  menurut  timbangan kita semata, toh realnya juga masih amburadul, buktinya kita masih saja kefikiran dengan masalah yang ‘remeh-temeh’ begitu, bukan begitu?

Menurutku, intinya adalah kembali kepada keyakinan yang teguh terhadap takdir Allah, dimana dalam hal ini kalau aku tak salah ingat maka takdir qauny namanya, yaitu takdir tentang penciptaan kita yang kita tak bisa request dan pula tak bisa refuse, pokoknya terima sajalah  apa-apa yang telah dijatah dengan penuh keikhlasan dan kesyukuran sehingga dengan demikian semoga dapat membuahkan pahala, insya Allah.

Klasik memang, tapi memang inilah kuncinya.  Apakah karena kita berfikir bahwasanya kita tetap akan kalah saing  jua dengan mereka-mereka karena kita tidak cantik dan tidak pula bening maka kita akan berleha-leha saja untuk meningkatkan kualitas kita di hadapan Allah Ta’ala?? Ingat, kualitas kita dihadapan Allah, bukan dihadapan manusia apalagi di hadapan para laki-laki  itu. Lalu, kalaulah sudah tak cantik kemudian tak shalihah pula maka apalah lagi kebanggaan kita di hadapanNya kelak?

Ya kawan, kita harus yakin dengan sebenar-benarnya keyakinan bahwa setiap kita ada kadar penciptaannya masing-masing,  ada kadar jatahnya masing-masing, maka tak usahlah kita pusing-pusing dalam memikirkan ulah para ikhwan yang suka cari akhowat cantik sejak awal kemudian baru mempercantiknya lagi  setelah dimilikinya secara halal. Terserah mereka, ini pilihan mereka, risiko mereka, gak ada urusan sama kita, ngapain kita yang repot??

Kita kan memang dikasih beberapa motivasi untuk menikahi seseorang, yaitu dari segi harta, fisik, nasab dan agama. Jadi, tak salah pula mereka jika mereka ingin mengumpulkan semuanya, hak mereka. Kita yang akhowat jangan malah berfikiran buruk kepada mereka atau mempertanyakan kualias keshalihan mereka karena kok lebih milih yang cantik? Lha, Allah dan RasululNya saja telah memberi mereka pilihan maka tak usahlah kita batasi pilihan para ikhwan  itu semaunya kita, karena memang kita tak cantik dan tak pula bening layaknya mereka yang kita cemburui,  ngiri mah itu namanya.

Dan ini yang terpenting, setidaknya bagiku untuk menghibur diri, insya Allah masih ada laki-laki shalih yang masih berpedoman kepada makna ayat , “Lebih baik menikahi budak perempuan yang hitam legam namun baik agamanya daripada menikahi perempuan cantik jelita yang dengan kecantikannya itu si laki-laki  terpesona namun apalah guna sementara agamanya rusak?”. Insya Allah mereka masih ada, setidaknya  diantara seratus laki-laki shalih maka masih ada satu dari mereka yang akan memilih kita, ‘budak hitam legam’ ini atas dasar agama semata.

Adapun dengan perempuan-perempuan bening itu, yang beruntung dinikahi oleh laki-laki shalih dan kemudian mampu pula men-shalihah-kan diri-diri mereka, insya Allah maka  marilah kita ikut bersyukur dan mendo’akan tambahan kebaikan untuk mereka. Memang seperti itulah garis Allah atas mereka, malah kita harus ikut berbangga karena mereka mampu meninggalkan segala ‘keduniawian’ mereka demi menjalani hidup ‘terpenjara’ dalam rumah seorang laki-laki shalih, reot pula tuh rumah.

Kemudian,  apabila perkara ini kita kaji lebih lanjut maka ia hanya masalah siapa yang lebih dahulu ditunjuki hidayah oleh Allah. Dalam hal ini kita yang tidak bening lebih dahulu dari mereka yang bening.

Selanjutnya, perkara ini juga masalah siapa wasilah, penyampai hidayah yang ditunjuk Allah untuk setiap hamba yang dikehendakiNya, kita yang tidak bening diwasilahi oleh teman kita misalnya, sementara mereka yang bening itu Allah kehendaki untuk diwasilahi oleh suami-suami mereka. Ini hak Allah semata, jangan kita coba untuk mengganggu gugat dengan akal dan perasaan kita saja.

Faham ukhty?

Faham ndak faham manggut-manggut aja deh.

***

Awalnya telah kusudahi tulisan ini sampai di sini saja. Akan tetapi, ketika aku pintakan izin kepada yang punya ‘curhatan’ agar tulisan ini kupublikasikan demi sedikit ibrah yang bisa diambil, dia malah mengumpatiku. Menurutnya aku ini tidak adil!!!. Katanya, aku baru boleh mempublikasikan mahakaryaku untuk menertawakannya ini setelah semua bagian sreg dan mampu ‘menyentil’ hatinya. Katanya pula, aku ini dari tadi hanya membela ikhwan-ikhwan yang ‘berulah’ itu dan akhowat-akhowat cantik dan bening itu saja, tidak ada pembelaan untuknya yang buruk rupa.

Hadau, bingung pula aku jadinya menghadapi akhowat yang satu ini. Ridho ga sih dengan ‘nasihat’ sok bijakku itu? Benarkan kawan, sungguh rumit jika seorang gadis telah terlambat menikah, segala sesuatu menjadi tak baik baginya.

Kutimbang-timbang, sepertinya memang tak adil pula aku padanya.  Tulisan ini malah membuat dia semakin melemah mental untuk melirik-lirik salah seorang dari ikhwan kampungnya yang suka ‘berulah’ itu. Kusearching-searching di gugel susah pula ternyata mencari kisah shahabiyyah yang buruk rupa tapi mempunyai kisah cinta yang mengharu biru. Kuketikkan kalimat  kunci, kisah  shahabiyyah yang buruk rupa tapi mempunyai kisah cinta yang mengharu birutersebut  akan tetapi akh gugel malah menyuguhiku dengan kisah-kisah ‘aneh’ plus puisi-puisi remaja yang tengah menggelora cinta. Kaget aku jadinya, ternyata akh gugel-pun telah bisa ‘berulah’ rupanya. Ckckck.

Kuputar otakku, kupenuhkan konsentrasiku untuk mengingat-ngingat  apakah pernah gerangan aku membaca kisah request-san temanku si buruk rupa ini?? Ku ubek-ubek  koleksi bukuku yang aduhai sungguh sangat  menyedihkan, sedikit sekali ternyata harta karunku itu. Kubuka lagi dua jilid buku sirah shahabiyyahku,  kusimpulkan bahwa ternyata perempuan-perempuan dizaman Nabi sepertinya terlalu mulia jika hanya memikirkan buruknya rupa dan takut tak laku bagi perjaka atau setidaknya duda. Betapa tidak, halaman demi halaman dari buku tersebut telah kususuri, nama demi nama yang kisahnya dituturkan sudah aku runuti, maka apalah kita ini wahai akhowat zaman sekarang, sungguh sedikit rupanya kita membaca sirah peremuan-perempuan yang mulia dan dimuliakan Allah dan Rasulnya!!

Ah, tidak atau belum ku temukan kisah yang semula hendak kucari,  yang kutemukan adalah kisah demi kisah yang menguatkan hati untuk senantiasa berusaha memperbaiki diri. Pokoknya jika laki-laki itu mulia maka akan dimuliakannya pula sang belahan jiwa, insya Allah.

Lihatlah saja laki-laki paling mulia itu, beliau menikahi seorang janda yang juga mulia  dengan umur yang telah bisa dikatakan tua, sementara  beliau masih muda dan bujang pula. Jikapun sang janda mulia itu cantik tapi tetap saja status beliau telah menjadi janda, yang konsekuensinya pernah menikah dengan laki-laki lain sebelumnya. Bukan begitu?

Lihatlah!! Sampai disini emosiku telah bercampur aduk, yaitu  ketika aku sampai kepada paragraph ini. Tak kupedulikan lagi apakah akan nyambung kiranya tulisanku ini dari awal sampai akhir. Biarlah. Lihatlah, jika telah mulia laki-laki  itu maka tak hanya jeleknya rupa yang akan diterima, tapi ‘bekas’ orangpun akan disyukurinya, ketika yang dia pilih adalah agama, sekali lagi agama, insya Allah.  Aduhai tak usahlah aku berpanjang-panjang dalam kisah sepasang kekasih yang teramat mulia ini, karena tinta penaku kurang berkualitas untuk ambil bagian dalam kisah beliau-beliau tersebut.

***

Pembelaan untuk temanku si buruk rupa ku cukupkan sampai disini. Sekarang akan aku ‘sentil’ pula perempuan-perempuan cantik dan pula bening yang berubah menjadi shalihah, insya Allah secara ‘instan’ begitu, tepatnya berubah beberapa saat sebelum menikah, agar adil pula aku dalam memuji dan mengingatkannya. Tak akan perpanjang-panjang kata pula aku, cukuplah kalian wahai perempuan-perempuan yang dicemburui oleh  temanku nan buruk rupa itu agar selalu ingat akan hadist yang agung ini:

“Sesungguhnya setiap  perbuatan tergantung niatnya.  Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.” (HR Bukhari & Muslim)

Adapun mengenai syarah hadist diatas maka telah berpuluh-puluh ulama yang menjelaskannya secara lengkap dan terperinci. Kalian cari sajalah sendiri karena aku telah capek sekali sampai disini. Jari-jariku telah mulai mengeriting padahal sekarang lagi ngetrend rebonding.

***

06 juni 2011

Bumi Allah,
Goresan Kami

Hai akhwat yang kemarin petang chatting denganku, semoga engkau tak lagi bersedih hati.  Maafkan aku yang agak hiperbolis dalam menggambarkan dirimu sebagai perempuan yang tak cantik dan tak pula bening alias buruk rupa dalam fikiranku, akan tetapi akan kuberitahukan kepada kawan yang membaca tulisan ini kalau kau tidaklah seburuk konotasi kata-kataku itu, insya Allah.

Semoga Allah jodohkan kita dengan seorang laki-laki shalih yang dengannya semoga dapat kita raih surga dan segala kenikmatan di dalamnya, sementara dari itu marilah kita cukupi diri kita dengan ilmu terlebih dahulu agar  bisa kita pagari segala amal kita dengannya, dan agar bisa pula kita selesaikan semua masalah yang kelak akan kita hadapi bersamanya, insya Allah. Aamiin.

1 komentar:

fatimah November 15, 2011 at 2:26 AM  

itu pernah terjadi duhai saudariku, seorang wanita yang terbisa dengan kehidupan jauh dari agama, pacaran malah mendatangi rumah dan pacar dan mengetuk pintu kamar sang pacar, berunah instan mengaji dan bercadar. karena disuruh sanga pacar yang bermanhaj salaf ( duh ini ikhwan malu-maluin dah lama ngaji malah pacaran ) tapi ketika sang bunda dari si khwan tak menyetujui karena mengkhawatirkan anaknya menikah dengan yang keturunan tak baik, maka pernikahan batal, dan apa yang terjadi....? si wanita kembali berkeliaran dengan celana pendeknya.....

Post a Comment

Silahkan tuliskan komentar Anda dengan tetap menjaga sopan santun berbahasa..

With Love ^^

  © Blogger template The Professional Template II by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP