Sebuah Pelajaran Untukmu, Wahai Engkau yang Telah Ingin Menikah

Sunday, September 25, 2011

Bismillah.

Ya ukhty muslimah, beberapa menit sebelum menuliskan dan langsung mempublish postingan ini kami sangat dikagetkan oleh sebuah curhatan dari seorang ummahat (ibu rumah tangga) yang kami baca pada kolom komentar di bawah tulisan seorang ustadz, yaitu Ustadz Abdullah Roy yang sejatinya tulisan tersebut adalah jawaban beliau  mengenai salah satu pertanyaan yang diajukan kepada beliau, tepatnya pertanyaan tentang "Hukum Meracap/Onani/Masturbasi" . Dan sebab inilah yang membuat hati dan tangan kami tergerak untuk menuliskan tulisan kali ini atas izin Allah, insya Allah.

Sungguh kami kaget tak alang kepalang bukan karena pertanyaan yang cukup 'tabu' atau karena jawaban dari ustadz itu sebab kami faham, insya Allah bahwasanya tidak ada kata malu ketika mempelajari hukum-hukum syari'at. Kami justru dikagetkan oleh beberapa kali berkomentar-jawab antara sang Ustadz dengan seorang ummahat mengenai musibah yang tengah menimpanya (si ummahat.red)

Sungguh, aduhai sungguh teramat sangat mengerikan musibah yang menimpa ummahat ini, yaitu musibah yang mungkin saja akan berujung kepada dosa dan neraka jika saja ia tidak bertobat kepada Allah atas apa-apa yang tengah dia lakukan itu. Wallahu a'lam.

Kepada kawan semuanya, marilah kita simak terlebih dahulu pertanyaan, jawaban, dan komentar-jawab pada tulisan ustadz tersebut sebagaimana yang telah kami katakan sebelumnya. Beginilah ia, langsung saja kami copaskan dari blog ustadz yang dimaksud.

Tanya: 

Assalamualaikum, Pak Roy.  Saya minta tolong diberikan penjelasan yang sebenarnya tentang hukum laki-laki meracap. Ada ayat-ayat atau hadisnya tidak?

Sebagai tambahan Pak Roy bisa melihat link ini  karena menurut saya ada sedikit keganjilan pada link tersebut. Saya rasa link tersebut adalah forum Islam Liberal.

Selanjutnya saya minta tips bagaimana caranya agar kita bisa menahan dan menghindari hal tersebut, karena saya rasa masalah seperti ini sangat penting bagi remaja saat ini. Kurang lebihnya saya mohon maaf.

Wassalamualaikum warahmatullahi wa barakatuhu. 

Jawab: 

Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.

Hukum meracap/onani/masturbasi adalah haram menurut mayoritas ulama, dan pelakunya berdosa, karena Allah berfirman :

( وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ ، إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ ، فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ)( المؤمنون : 5-7 )

Artinya: " Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya , kecuali kepada istri-istrinya atau budak yang mereka miliki , maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela . Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas " (QS. Al-Mukminun 5-7)

Dalam ayat di atas Allah hanya membolehkan 2 cara halal dalam menyalurkan syahwat kemaluan, yaitu: istri dan budak yang dimiliki. Adapun selain keduanya maka tidak boleh dan termasuk melampaui batas, termasuk diantaranya onani, zina, homoseks dll. Belum lagi efek samping berbuat onani di dunia seperti melemahkan badan dan syaraf. (Lihat Majmu' Fatawa Syeikh Bin Baz 22/409, Fatawa Al-Lajnah Ad-Daimah 22/55)

Hendaklah kita menjauhi hal-hal yang dappat mendorong syahwat seperti melihat atau mendengarkan sesuatu yang haram yang membangkitkan syahwat, berdua dan campur dengan wanita yang bukan mahram dll.  Dan hendaklah memperbanyak puasa, sebagaimana nasehat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: 

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ

Artinya : "Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu diantara kalian maka hendaklah dia menikah, dan barangsiapa yang tidak mampu maka hendaklah dia puasa karena puasa itu penghalang." (HR. Al-Bukhary dan Muslim) 

Wallahu a'lam.


*** 

Anonim mengatakan:

Saya biasa melakukan masturbasi dan itu lebih enak dari pada bermain dengan suami, saya melakukannya karena tidak mendapat kepuasan dari suami, sehingga saya melakukannya dengan alasan darurat.

Jika masturbasi dibilang haram, salah, keliru, atau dosa, lantas bagaimana dengan masalah saya, apakah saya harus menahan gejolak birahi setiap hari, atau malah membunuh libido yang menjadi karuniaNya? Help me. 

Ustadz Abdullah Roy mengatakan:

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa yang berusaha merasa cukup maka Allah akan cukupkan" 

Berdoalah kepada Allah semoga Allah mencukupkan kita dengan yang halal, kemudian mintalah pengertian dari suami tentang hak anti. 

Anonim mengatakan:

Bagaimana cara saya meminta kepada Allah, sholat saja sudah lama saya tinggalkan? Saya meninggalkan sholat seolah tanpa beban. Dulu saya adalah pengurus organisasi islam, dulu saya masih bisa menjaga sholat, puasa, shodaqoh, kurban, tapi setelah bersuami, semua itu pelan-pelan terkikis seperti abrasi pasir di pantai.

Seiring dengan itu terjadilah perubahan gaya hidup saya dari yang dulu islami berubah menjadi free, hingga free sex. Saya bahkan sering melakukan phone sex dengan banyak lelaki, dan dengan itu saya merasakan hidup saya menyenangkan, dengan itu pula saya bisa melupakan masalah yang saya hadapi dengan suami, bisa melupakan kekurangan-kekurangannya.

Selanjutnya, karena hubungan saya dengan banyak lelaki itu pulalah membuat hidup saya ringan, tanpa beban, dan bisa ramah kepada suami. Jika bukan karena mereka mungkin tiap hari saya cuma berantem dengan suami, karena hati selalu panas dan tidak ada yang mendinginkan, teman-teman lelaki saya terbukti mampu menetralisir kemarahan dan kekecewaan saya terhadap suami. Dalam kondisi begini saya masih ingat mati, bagaimana jika tiba-tiba aku mati dalam kondisi banyak dosa? Naudzubillahi min dzalik. 

Ustadz Abdulllah Roy  mengatakan:

Allah berfirman:

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53) وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ (54) وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (55) أَنْ تَقُولَ نَفْسٌ يَا حَسْرَتَا عَلَى مَا فَرَّطْتُ فِي جَنْبِ اللَّهِ وَإِنْ كُنْتُ لَمِنَ السَّاخِرِينَ (56)

Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu terputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 39:53) Dan kembalilah kamu kepada Rabbmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). (QS. 39:54) Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Rabbmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya, (QS. 39:55) supaya jangan ada orang yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah). (QS. 39:56)

Kesadaran atas kesalahan dan dosa adalah awal yang baik. Semoga ini menunjukkan bahwa Allah menginginkan anti kembali kepadaNya. Kembalilah kepada Allah Dzat Yang Maha Pengampun, pintu taubat masih terbuka sebelum ajal tiba sebesar apapun dosa kita.

Yakinlah bahwa kesenangan yang kita dapatkan ketika kita berbuat maksiat akan diganti oleh Allah dengan kesenangan dan ketenangan yang jauh lebih nikmat apabila kita kembali kepadaNya. 

Anonim mengatakan:

Hati saya sudah kotor karena debu dosa dan berkarat akibat kecewa yang teramat dalam terhadap suami. Sungguh saya mengharapkan suami saya bisa mejadi imam yang baik bagi istrinya (diri saya) akan tetapi kenyataan yang saya terima sangat bertolak belakang, suami saya sering meninggalkan sholat seolah tanpa beban. Dia juga tidak menegur ketika istrinya tidak sholat.

Saya mencoba kembali kepadaNya tapi kekecewaan selalu yang menghalangi keinginan saya untuk khusyuk tunduk dan taat padaNya. Saya merasa sedih justru ketika saya mencoba khuyuk mengingatnya, tapi justru tanpa beban ketika saya tak pedulikan ibadah saya. apakah saya harus bercerai saja dengan suami agar saya bisa khusyuk beribadah karena tidak lagi merasakan kekecewaan terhadap suami?

Selesai, ustadz Abdullah Roy sepertinya tidak pernah mengomentari perkara ini lagi.

***

Demikianlah curhatan ummahat yang kami baca tersebut. Sekali lagi kami katakan bahwa kami sungguh teramat sangat kaget ketika membaca kisah beliau. Bagi kami-kami yang belum menikah ini, sungguh tidak terbayangkan oleh kami jika sekiranya malah dengan menikah akan menjadikan kami sebagai perempuan-perempuan bermaksiat atau sebagai perempuan-perempuan bejat nan hanya memperturutkan gejolak  syahwatnya semata.

Betapa tidak, dalam fikiran-fikiran kami sebagai salah seorang perempuan dari perempuan-perempuan muslimah yang menyakini bahwa menikah adalah sunnah Nabi kami yang mulia, tak tanggung-tanggung malah ia pula dikatakan sebagai penyempurna separoh agama kami, justru bisa saja akan menjadi sebab-sebab bagi kami untuk memperoleh kesengsaraan di dunia dan pula kenistaan di akhirat sana nantinya. Maksud hati dengan menikah salah satunya adalah untuk menyalurkan syahwat pada perkara nan halal malah berujung kepada jebolnya bendungan!! Mengerikan, sungguh mengerikan!!

Sungguh wahai kawan semuanya, betapa banyak perempuan-perempuan yang mendapatkan kenikmatan surga yang disegerakan atasnya dengan menikah, akan tetapi  betapa banyak pula diantara mereka yang malah mendapatkan penderitaan tak terperi di dalamnya juga karena menikah? Dan sungguh, ilmu yang shahih serta keimanan kepada Allah-lah muara dari segalanya.

Oleh sebab itu kami menasihati diri-diri kami dan kawan semuanya untuk senantiasa mencukupi diri-diri kita dengan ilmu tentang menikah terlebih dahulu, menyiapkan mental-mental kita untuk menghadapi semua godaan yang mungkin saja ada menghampiri kita terlebih dahulu, serta menyiapkan 'hafalan-hafalan' kita sebelum hari penuh ujian itu datang terlebih dahulu, insya Allah.

Aduhai, janganlah sesekali kita hanya membayangkan hal-hal yang indahnya saja dan tidak mau tahu, atau bahkan pura-pura tidak tahu tentang ketidak-indahan yang mungkin saja akan kita temui di dalamnya, yaitu di dalam pernikahan kita yang dinanti dengan si dia yang tengah dicari melalui cara-cara yang syar'i, insya Allah.

Semoga kami, kawan pembaca dan kaum muslimin seluruhnya diberikan pasangan-pasangan yang shalih oleh Allah Ta'ala. Semoga pernikahan yang kita idam-idamkan adalah pernikahan atas dasar iman dan taqwa serta mengharapkan ridhoNya semata. Aamiin.

Kemudian tak lupa pula marilah kita do'akan agar ummahat dan suaminya dalam tulisan di atas diberikan taufiq oleh Allah Ta'ala untuk kembali kepada fitrah islamnya, termasuk para ummahat dan abbahat yang saat ini biduk rumah tangganya mungkin tengah dilanda oleh badai dan gelombang atas nama fitnah dunia maka semoga dimudahkan dan diberikan penyelesaian yang baik atas setiap masalah-masalah mereka. Aamiin.

***

25 September 2011

Bumi Allah,
Goresan Kami

***

Recomended dari seorang teman kami yang telah menikah kepada calon pasangan suami istri:

Kitab Sutra Ungu oleh Abu Umar Basyier, de el el.

(soktahu.com) he he he

0 komentar:

Post a Comment

Silahkan tuliskan komentar Anda dengan tetap menjaga sopan santun berbahasa..

With Love ^^

  © Blogger template The Professional Template II by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP